BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kepuasan pasien merupakan fungsi dari penilaian pasien terhadap
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan
sebelum pasien menerima pelayanan kesehatan dari pihak rumah sakit sebagai
provider, pasien akan merasa puas jika kualitas pelayanan rumah sakit lebih
tinggi atau setidaknya sama dengan yang diharapkan pasien. Menelaah
masalah kualitas pelayanan terutama pelayanan kesehatan di rumah sakit tidaklah
mudah karena disatu sisi mempunyai tanggung jawab sosial dengan memberikan pelayanan
kesehatan secara manusiawi, tetapi di sisi lain juga harus memperhatikan
prinsip-prinsip ekonomi menyangkut penyelenggaraan rumah sakit yang memerlukan
biaya investasi, operasional dan pemeliharaan yang begitu besar. Menurut Azwar
(1996) kualitas pelayanan rumah sakit dinilai baik apabila pelayanan kesehatan
yang diberikan dapat memberikan kepuasan pada diri setiap pasien yang menjadi
sasaran pelayanan kesehatan tersebut.
Pelayanan medik
khususnya medik spesialistik merupakan salah satu ciri dari Rumah Sakit yang
membedakan antara Rumah Sakit dengan fasilitas pelayanan lainnya. Kontribusi
pelayanan medik pada pelayanan di Rumah Sakit cukup besar dan menentukan
ditinjau dari berbagai aspek, antara lain aspek jenis pelayanan, aspek
keuangan, pemasaran, etika dan hukum maupun administrasi dan manajemen Rumah
Sakit itu sendiri. Bukan rahasia lagi pengaturan pelayanan medik khususnya
medik spesialistik sampai saat ini masih menghadapi berbagai kendala, tenaga
spesialis masih kurang dan belum merata di berbagai daerah di Indonesia,
ketidak seimbangan tenaga medik dan sarana dan prasarana alat kesehatan antara
Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta, berbagai peraturan yang belum
dilaksanakan dengan baik, perilaku dokter sebagai tenaga medis dan lain-lain
yang pada akhirnya sangat mempengaruhi kualitas pelayanan medik di Rumah Sakit.
Adanya krisis moneter yang saat ini melanda Negara Kita, pembiayaan kesehatan
makin meningkat, sedangkan daya beli masyarakat makin menurun cukup
mempengaruhi pelayanan Rumah Sakit khususnya pelayanan medik. Namun demikian
keadaan ini jangan dijadikan alasan untuk menurunkan mutu pelayanan medik, kita
harus tetap berpegang pada profesionalisme dan etika profesi. Apalagi saat ini
telah terjadi reformasi di bidang kesehatan dimana profesionalisme merupakan
salah satu strategi untuk mencapai visi Departemen Kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2015. Di lain pihak
saat ini Rumah Sakit menghadapi era globalisasi dengan persaingan dari pihak
Penanam Modal Asing yang lebih unggul baik dari segi sumber daya manusia (SDM),
sarana dan prasarana maupun keuangannya. Pelayanan medik dan keperawatan
merupakan subsistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk
pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih
bersifat individual. Cara pemberian pelayanan berbentuk suatu kerja sama yang
menghasilkan pelayanan kepada pasien yang bersifat terus menerus selama 24
jam/hari dan 365 hari/tahun.
Dalam
rangka koordinasi dan efisiensi, perlu diketahui persamaan, perbedaan maupun
pemersatu dari masing-masing subsistem tersebut, sehingga dapat diwujudkan
pengembangan pelayanan medik dan keperawatan dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit.
Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini
menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia
termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana
kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi
pasien. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah
sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke
paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care
(pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang
terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan
masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Saat ini
kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan
pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara
lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit
akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya
pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat
kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang
hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian.
Mengingat Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam
Standar Pelayanan Rumah Sakit masih bersifat umum, maka untuk membantu pihak
rumah sakit dalam mengimplementasikan Standar Pelayanan Rumah Sakit tersebut
perlu dibuat Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Sehubungan dengan
berbagai kendala sebagaimana disebut di atas, maka sudah saatnya pula farmasi
rumah sakit menginventarisasi semua kegiatan farmasi yang harus dijalankan dan
berusaha mengimplementasikan secara prioritas dan simultan sesuai kondisi rumah
sakit.
Pelayanan
gizi Rumah Sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien,
berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuh. Keadaan
gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya
proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Sering terjadi kondisi pasien semakin buruk, hal ini akibat tidak tercukupinya
kebutuhan zat gizi tubuh, karena diet yang sudah diupayakan penyelenggaraannya
oleh petugas tidak bisa optimal ( PGRS, 2003 ). Menurut Moehyi (2002), beberapa
faktor penyebab kekurangan gizi di Rumah Sakit umumnya karena dua sebab,
pertama asupan gizi yang kurang bisa disebabkan oleh nafsu makan yang kurang
sehingga intake berkurang dan kedua kerena infeksi penyakit. Upaya pemenuhan
zat gizi bagi pasien di Rumah Sakit adalah tanggung jawab nutrisionis,
preskripsi yang sesuai dengan tujuan pelayanan gizi Rumah Sakit akan tercapai
bila tim asuhan gizi dibantu oleh panitia asuhan gizi bekerja dengan sebaik –
baiknya (Catur, A 2003).
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pelayanan rawat inap ?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Organisasi
dan Manajemen Rumah Sakit.
2. Untuk mengetahui tentang Manajemen Pelayanan
Rawat Inap.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Manajemen Pelayanan Rawat Inap
1. Pengertian
Pelayanan Rawat Inap
Rawat inap (opname)
adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien
oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien
diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit
. Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya
sering hanya berupa bangsal
yang dihuni oleh banyak orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak
rumah sakit sudah sangat mirip dengan kamar-kamar hotel.
Pasien yang berobat jalan di Unit Rawat Jalan, akan mendapatkan surat rawat
dari dokter
yang merawatnya, bila pasien tersebut memerlukan perawatan di dalam rumah
sakit, atau menginap di rumah sakit.
Rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien dirawat dan
tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Selama pasien dirawat,
rumah sakit harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien (Posma 2001
yang dikutip dari Anggraini (2008).
a. Memberikan bantuan kepada orang yang mempunyai
kebutuhan
b. Memberikan pelayanan atas semua hal berikut ini:
1)
Apa yang mereka kehendaki
2)
Kapan mereka menghendaki
3)
Siapa yang ingin mereka temui
4)
Mengapa mereka menginginkannya
5)
Cara apa yang mereka kehendaki dalam melekukan
pekerjaan tersebut.
Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit
yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa,
terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya (Depkes RI 1997
yang dikutip dari Suryanti (2002)).
2. Kegiatan Pelayanan Rawat Inap
a. Penerimaan
Pasien ( Admission )
b. Pelayanan Medik
c. Pelayanan Penunjang Medik
d. Pelayanan Perawatan
e. Pelayanan Obat
f. Pelayanan Makanan
g. Pelayanan Administrasi Keuangan
Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap
akan mengalami tingkat proses transformasi, yaitu:
1)
Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran
dan keyakinan dirawat tinggal di rumah
sakit.
2)
Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakan
diagnosisnya. Tahap Treatment,yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukan
dalam program perawatan dan therapi.
3)
Tahap Inspection, yaitu secara continue diobservasi
dan dibandingkan pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.
4)
Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya,
pasien dipulangkan. pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali
ke proses untuk didiagnosa ulang.
3. Sistem Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit
a. Alur Proses Pelayanan Pasien di Unit Rawat Inap
Alur proses
pelayanan pasien unit rawat inap akan mengikuti alur sebagai berikut :
1) Bagian Penerimaan Pasien ( Admission
Departement )
2) Ruang Perawatan
3) Bagian Administrasi dan Keuangan
4. Klasifikasi Rawat Inap di Rumah Sakit
a.
Klasifikasi perawatan rumah sakit telah ditetapkan
berdasarkan tingkat fasilitas pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, yaitu
seperti berikut:
1)
Kelas Utama (termasuk VIP)
2)
Kelas I
3)
Kelas II dan Kelas III
b.
Klasifikasi pasien berdasarkan kedatangannya
1) pasien baru
2) pasien lama
c. Klasifikasi pasien berdasarkan pengirimnya
1) Dikirim oleh dokter rumah sakit
2) Dikirim oleh dokter luar
3) Rujukan dari puskesmas dan rumah
sakit lain
4) Datang atas kemauan sendiri
5. Kualitas Pelayanan Rawat Inap
Menurut Jacobalis (1990) kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap
rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah:
a.
Penampilan keprofesian atau aspek klinis, Aspek ini
menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter dan perawat dan tenaga
profesi lainya.
b.
Efisiensi dan efektifitas, Aspek ini menyangkut
pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit agar dapat berdaya guna dan
berhasil guna.
c.
Keselamatan Pasien, Aspek ini menyangkut keselamatan
dan keamanan pasien
d.
Kepuasan Pasien, Aspek ini menyangkut kepuasan fisik,
mental, dan sosial pasien terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan,
kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan
dan sebagainya.
Menurut Jacobalis (1993), pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah
sakit erat kaitanya dengan:
a.
Dokter, perawat atau petugas kesehatan
b.
Aspek hubungan antar manusia.
c.
Kemanusiaan.
d.
Kenyamanan atau kemudahan fasilitas dan lingkungan.
e.
Peralatan dan perlengkapan.
f.
Biaya pengobatan.
6. Tujuan Pelayanan Rawat Inap
a.
Membantu penderita memenuhi kebutuhannya sehari-hari
sehubungan dengan penyembuhan penyakitnya.
b.
Mengembangkan hubungan kerja sama yang produktif baik
antara unit maupun antara profesi.
c.
Menyediakan tempat/ latihan/ praktek bagi siswa
perawat.
d.
Memberikan kesempatan kepada tenaga perawat untuk
meningkatkan keterampilannya dalam hal keperawatan.
e.
Meningkatkan suasana yang memungkinkan timbul dan
berkembangnya gagasan yang kreatif.
f.
Mengandalkan evaluasi yang terus menerus mengenai
metode keperawatan yang dipergunakan untuk usaha peningkatan.
g.
Memanfaatkan hasil evaluasi tersebut sebagai alat
peningkatan atau perbaikan praktek keperawatan dipergunakan.
7. Ruang pasien rawat inap
Ruang untuk pasien yang
memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara
berkesinambungan lebih dari 24 jam. Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai
ruang perawatan dengan nama sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan
fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasiennya.
8. Ruang Post Perawat
Ruang
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian asuhan dan pelayanan keperawatan
(pre dan post conference, pengaturan jadwal), dokumentasi sampai
dengan evaluasi pasien.
9.
Ruang Konsultasi
Ruang
untuk melakukan konsultasi oleh profesi kesehatan kepada pasien dan
keluarganya.
10. Ruang Tindakan
Ruangan
untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa tindakan invasive ringan
maupun non-invasive.
B.
Manajemen Pelayanan Medik
1.
Manajemen Pelayanan Medik
a. Menurut
PP No.32 Tahun 1996 Tenaga Medik termasuk tenaga kesehatan
b. Menurut
Permenkes No.262/1979 yang dimaksud dengan tenaga medis adalah lulusan Fakultas
Kedokteran atau Kedokteran Gigi dan "Pascasarajna" yang memberikan
pelayanan medik dan penunjang medik.
c. Pelayanan
medik di Rumah Sakit : adalah salah satu jenis pelayanan Rumah Sakit yang
diberikan oleh tenaga medik.
d. Manajemen
Pelayanan Medik di Rumah Sakit secara sederhana : adalah suatu pengelolaan yang
meliputi perencanaan berbagai sumber daya medik dengan mengorganisir serta
menggerakkan sumber daya tersebut diikuti dengan evaluasi dan kontrol yang
baik, sehingga dihasilkan suatu pelayanan medik yang merupakan bagian dari
sistem pelayanan di Rumah Sakit.
2. Pelayanan Medik
a. Tenaga
yang dibutuhkan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan, beban kerja yang
ada dengan memperhitungkan kecenderungan (TREND) pada masa yang akan datang.
b. Sumber
daya lain yang dibutuhkan untuk terselenggaranya suatu pelayanan medis.
c. Kegiatan
yang akan dilaksanakan sesuai dengan sasaran yang diharapkan dengan
memperhitungkan sumber daya potensial yang ada
maupun kendala yang mungkin terjadi. Berdasarkan "waktu" maka
perencanaan kegiatan dapat harian, mingguan, bulanan, tahunan dan jangka
panjang sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit Dalam perencanaan kegiatan
alangkah baiknya apabila Ruma h Sakit mempunyai skala prioritas dan mempunyai
projek unggulan.
3.
Sarana dan Prasarana Pelayanan Medik
a. Gedung
rawat jalan
b. Rawat
inap
c. Ruang
bedah
d. UGD
e. Penunjang
medik radiologi
f. Laboratorium
g. Gizi
dan lain lain yang harus memenuhi syarat sesuai dengan arsitektur Rumah Sakit
yang berlaku.
h. Sarana
dan prasarana alat kesehatan sederhana maupun canggih untuk terlaksananya
pelayanan medik yang bermutu.
4.
Pelaksanaan Pelayanan Medik
Hal
penting yang mendasari pelayanan medis agar dihasilkan suatu pelayanan yang
optimal yaitu Falsafah dan tujuan dalam arti Pelayanan medis yang diberikan
harus sesuai dengan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir serta memanfaatkan
kemampuan dan fasilitas Rumah Sakit secara optimal. Tujuan pelayanan medis
adalah mengupayakan kesembuhan pasien secara optimal melalui prosedur dan
tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar masing-masing
profesi.
C. Manajemen Pelayanan Perawatan
Perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawa baik di dalam maupun di luar
negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan
perawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit
secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolak ukur keberhasilan pencapaian
tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah sakit di
mata masyarakat. Keperawatan sebagai suatu profesi di rumah sakit yang cukup
potensial dalam menyelenggarakan upaya mutu, karena selain jumlahnya yang
dominan juga pelayanannya menggunakan metode pemecahan masalah secara ilmiah
melalui proses keperawatan.
1.
Asuhan Keperawatan
a. Pelayanan
keperawatan (Nursing Service ) adalah seluruh fungsi, tugas, kegiatan
dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh seorang perawat dalam praktek
profesinya
b. Asuhan
keperawatan (Nursing Care) adalah suatu pelayanan keperawatan langsung
berupa bantuan, bimbingan, penyuluhan, pengawalan atau perlindungan yang
diberikan oleh seorang perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien
Menurut
Doenges (2000) menyebutkan proses keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5
tahap yang spesifik, yaitu :
a. Pengkajian
Adalah pengumpulan data
yang berhubungan dengan pasien secara sistematis, meliputi fisik, psikologi,
sosiokultural, spiritual, kognitif, kemampuan fungsional, perkembangan ekonomi
dan gaya hidup. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,
pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnosa
serta melihat kembali catatan sebelumnya.
b. Identifikasi
Masalah/Diagnosa Keperawatan
Adalah analisa data
yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko
tinggi.
c.
Perencanaan
Adalah proses dua
bagian yaitu pertama adalah identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan dari
pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji,
hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik, dapat diukur, menunjukkan
kerangka waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien. Kedua
adalah pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam
mencapai hasil yang diharapkan.
d. Implementasi
Impelementasi adalah
melakukan tindakan dan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan.
e.
Evaluasi
Adalah menentukan
kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon pasien
terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana
keperawatan jika diperlukan.
D.
Manajemen Pelayanan Penunjang Medik
Fungsi seorang manajer penunjang medik di bidang klinik utamanya adalah
menjamin mutu pelayanan yang baik. Produk pelayanan penunjang medik harus
dapat memuaskan pasien dan juga memuaskan dokter yang meminta tindakan itu
dilakukan pada pasiennya. Kunci keberhasilan pelayanan dengan kualitas teknis
yang baik adalah dengan melakukannya secara baik, secara terus menerus dalam
berbagai keadaan dan sedapat mungkin mencapai hasil seperti yang diharapkan.
1.
Pelayanan Penunjang Medik
Pelayanan penunjang medik di rumah sakit menurut
Jhon R. Griffith meliputi pelayanan diagnostik, terapeutik dan kegiatan di
masyarakat umum.
a. Pelayanan
Penunjang Medik Diagnostik
1)
Laboraturium : kimiawi, hematologi, histopologi, bakteriologi,
virologi, otopsi dan kamar jenazah.
2)
Diagnostik imaging : radiologi, tomografi,
radioisotop, ultra-sonografi dan CT scan
3)
Laboraturium kardiopulmoner : elektrokardiografi, tes
fungsi paru dan kateterisasi jantung.
4)
Lain-lain : elektroensefalografi, elektromiografi dan
audiologi.
b. Pelayanan Penunjang Medik Terapeutik
1)
Farmasi
2)
Ruang operasi : anastesi, ruang bedah, ruang
pulih
3)
Ruang melahirkan/persalinan
4)
Unit gawat darurat
5)
Bank darah
6)
Rehabilitasi medik : terapi fisik, terapi respirasi,
terapi wicara dan terapi okupasi.
7)
Pelayanan sosial
8)
Radioterapi
9)
Psikologi klinik
10)
Terapi di rumah penderita : homecare, hospice
E. Manajemen Pelayanan Farmasi
Sesuai
dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi
klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit
bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit
tersebut.
1.
Tujuan Pelayanan Farmasi
a.
Melangsungkan pelayanan farmasi yang
optimal baik dalam keadaan biasa maupun
dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia
b.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan
profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
c.
Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi
dan Edukasi) mengenai obat
d.
Menjalankan pengawasan obat berdasarkan
aturan-aturan yang berlaku
e.
Melakukan dan memberi pelayanan bermutu
melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan
f.
Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu
melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan
g.
Mengadakan penelitian di bidang farmasi
dan peningkatan metoda
2.
Tugas pokok dan Fungsi
a.
Melangsungkan pelayanan farmasi yang
optimal
b.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan
farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
c.
Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE)
d.
Memberi pelayanan bermutu melalui
analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan
mutu pelayanan farmasi
e.
Melakukan pengawasan berdasarkan
aturan-aturan yang berlaku
f.
Menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan di bidang farmasi
g.
Mengadakan penelitian dan pengembangan
di bidang farmasi
h.
Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya
standar pengobatan dan formularium rumah sakit
3. Pendistribusian
Merupakan
kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk
menunjang pelayanan medis.
a.
Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk
Pasien Rawat Inap
Merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di
ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh
Satelit Farmasi.
b.
Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan
Merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien
rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau
desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh Apotik Rumah Sakit.
4.
Pengkajian Resep
Kegiatan
dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan
administarasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi :
a. Nama,
umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
b. Nama,
nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c. Tanggal
resep
d. Ruangan/unit
asal resep
5.
Persyaratan Farmasi
a. Bentuk
dan kekuatan sediaan
b. Dosis
dan Jumlah obat
c. Stabilitas
dan ketersediaan
d. Aturan,
cara dan tehnik penggunaan
6. Pelayanan Informasi
Obat
Merupakan
kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi
secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya dan pasien.
F.
Manajemen Pelayanan Administrasi
Administrasi menurut John M. Echols dan Hassan Shadily adalah hak atau ijin masuk bagi pasien yang
berfungsi sebagai koordinator untuk penerimaan pasien dirawat inap, baik yang
berasal dari rawat darurat (emergency) atau rawat jalan (poliklinik). Admisi
merupakan kegiatan yang sangat penting karena sebagai ujung tombak pelayanan
rawat inap. Bagian ini mempunyai tanggung jawab dalam pendaftaran pra
penerimaan pasien,penerimaan pasien dan dalam penentuan ruang perawatan.
1. Fungsi Administrasi di Rumah
Sakit
Fungsi bagian Administrasi di Rumah
Sakit adalah:
a.
Sebagai koordinator untuk penerimaan pasien di rawat
inap baik yang berasal dari rawat jalan
(Poliklinik) maupun dari gawat darurat ( Emergency ).
b.
Melaksanakan instruksi rujukan dari rawat jalan dan emergency.
c.
Mengatur tujuan pengiriman pasien ke ruang bangsal
sesuai dengan instruksi rujukan dan
kondisi yang ada.
d.
Menentukan posisi pasien dalam daftar tunggu ( Waiting
List ) untuk mendapatkan pelayanan lain misalnya Penyinaran, pembedahan,
dll.
Tata cara penerimaan pasien yang disebut admitting procedure harus
wajar sesuai dengan keperluannya. Dengan makin meningkatnya jumlah pasien,
pimpinan rumah sakit harus memberikan perhatian yang konstan dalam membina
sistem dan procedure penerimaan pasien yang sebaik-baiknya.
2. Tujuan Kegiatan Administrasi di Rumah Sakit
a.
Menentukan persyaratan pasien bisa masuk ke rumah
sakit.
b.
Menerima pasien yang akan masuk bangsal rawat inap.
c.
Memproses perpindahan pasien antar bangsal perawatan
di dalam rumah sakit tersebut, antar rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan
yang lainnya.
d.
Memproses pemulangan pasien dan kematian pasien.
e.
Mengelola daftar pasien yang menunggu termasuk pasien
dalam waiting list.
f.
Mengantar pasien menuju ke bangsal dan menyerahkannya
kepada kepala ruangan.
g.
Memberikan konsultasi keuangan kepada pasien sebelum
atau pada awal pendaftaran.
3. Peran Bagian Administrasi
Menurut Fendy (2000), dahulu peran bagian admisi amat sederhana, yaitu
hanya meminta data faktual tentang pasien agar bisa masuk rumah sakit. Sekarang
sengan perubahan pola pembiayaan (asuransi, perusahaan), cara pembayaran (cash, credit card , transfer bank),
aspek hukum dokumen rekam medis, maka
peran pengumpulan data ini menjadi semakin penting. Juga karena pasien
pertama kali datang langsung berhadapan dengan bagian admisi, maka bagian ini
bertanggung jawab terhadap pembentukan pola hubungan rumah sakit dengan calon
pasien dan keluarganya. Kedalam rumah sakit bagian ini bertanggung jawab kepada
dokter dan staf rumah sakit dalam memasukan pasien tersebut, sehingga
komunikasi yang baik dan manajemen admisi pasien yang efektif menjadi keharusan
bagi suatu rumah sakit. Citra rumah sakit dapat lebih baik dengan adanya brosur
atau leaflet yang menjelaskan apa yang harus dilakukan dan apa yang tak boleh
dilakukan, selama pasien dirawat. Juga apa yang menjadi hak dan kewajiban
pasien perlu diterangkan kepada pasien dan keluarganya. Bagian admisi sangat
berperan dalam meningkatkan citra rumah sakit karena kunjungan pertama dan
terakhir umumnya akan ditangani oleh unit ini.
a)
Jenis Bagian Administrasi
jenis bagian administrasi terdiri dari:
1)
Administrasi terpusat, dimana penerimaan pasien rawat
jalan dan rawat inap dalam satu area.
2)
Administrasi terpisah, penerimaan rawat jalan dan
rawat inap dalam dua area/tempat terpisah.
b)
Ruang Lingkup Administrasi
Menurut
Wolper (2001) yang dikutip dari Suryanti (2002), ruang lingkup admisi mencakup:
1)
Pengaturan jadwal pasien
2)
Penempatan pasien
3) Pendaftaran pendahuluan,
pendaftaran pasien rawat jalan, pendaftaran praktek dokter, ruang perawatan,
ruang darurat.
4) Evaluasi kemampuan keuangan dan
konseling
5) Penerimaan uang muka pasien
6) Informasi kepada pasien
7) Pembuatan sertifikat
8) Surat kelahiran dan kematian
9) Memproses formulir ijin perawatan,
ijin memberikan informasi, perawatan
dan wasiat.
10) Pembuatan sensus harian dan laporan khusus lainnya.
11) Memelihara sistem identifikasi
pasien.
13) Hubungan dengan klien/pasien
14) Telekomunikasi
15) Transportasi pasien
16) Uji diagnostic
17) Pemasaran/penghubung dengan
praktek dokter
18) Bidang lain, seperti manajemen
rekening pasien, manajemen sumber daya,
kontrak
perawatan terpadu, rencana pemulangan pasien, dan manajemen resiko
c. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian
Administrasi
tugas dan tanggung jawab bagian admisi adalah:
1) Pendaftaran
pra administrasi
2) Pemeriksaan
pra administrasi
3) Pendaftaran
diterima di muka
4) Penjadwalan
ruang operasi
5) Wawancara
masalah keuangan pasien
6) Pembuatan
sertifikat kelahiran
7) Penerimaan
pasien
8) Penempatan/penentuan
tempat tidur pasien (kamar rawat)
9) Menghasilkan
suatu informasi bagi departemen lain
10)Melaksanakan pendaftaran pasien unit gawat darurat
11)Memproses formulir persetujuan pasien dilakukan perawatan atau tindakan
khusus
12) Membuat sensus harian pasien dan
laporan-laporan lainnya.
13) Menganalisa lama hari rawat,
jumlah penerimaan pasien
14) Mengatur dan menerima uang muka
dari pasien
15) Mengantar pasien ke ruang
perawatan
d. Proses Pelaksanaan Administrasi
Menurut Rowland (1984) yang dikutip
dari Hendrayani (2000), siklus yang dimulai sejak sebelum pasien masuk rumah
sakit sampai pasien keluar dari rumah sakit adalah sebagai berikut :
1) Tahap Pra Penerimaan ( Pre Administrasi
)
a) Proses pra-penerimaan pasien
Menurut Rijadi (1997) yang dikutip dari Hendrayani 2000, proses pra-penerimaan
pasien adalah pengumpulan data pribadi pasien dan data kemampuan
keuangan/sumber pembiayaan sebelum pasien masuk rumah sakit. Data ini biasanya
di dapat melalui surat atau telepon sebelum pasien masuk ke rumah sakit, untuk
mendapatkan informasi tersebut dapat dipakai formulir pra penerimaan ( pre-admision
form ). Tujuan utama dipakainya formulir tersebut adalah untuk mendapatkan
informasi mengenai :
1. Identitas pasien dan latar
belakang keluarganya.
2. Diagnosa saat masuk rumah sakit
dan nama dokter yang akan merawatnya.
3. Informasi mengenai sumber pembiayaan pasien yang
berhubungan dengan penataan rekening pasien.
Pra-registrasi menurut Wolper (2001) yang dikutip Suryanti (2002), secara
tradisional merupakan cara bagaimana pasien dapat dipercepat dalam proses
penerimaan pasien. Akibat sukarnya mewawancarai pasien di dalam proses
pendaftaran atau proses layanan, karena stress dan kecemasan pasien, maka
informasi yang di dapat maupun yang disampaikan bisa tidak lengkap atau tidak
tepat.
Tujuan pra-penerimaan:
a)
Mempercepat proses penerimaan pasien sehingga pasien
tidak memerlukan waktu tunggu yang lama
ketika masuk ke rumah sakit.
b)
Efisiensi pengaturan jadwal masuk pasien ke rumah
sakit.
c)
Permintaaan khusus pasien ketika dirawat dapat
disediakan sebelumnya.
d)
Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, radiology, yang
dapat dilakukan sebelum pasien masuk rumah sakit pada bagian rawat jalan.
Keuntungan pra-penerimaan pasien adalah:
1)
Mengurangi pembatalan operasi dengan mengetahui hasil
pemeriksaan laboratorium/radiology terlebih dahulu.
2)
Bagian laboratorium dan radiology dapat menjadwalkan
pemeriksaan sesuai dengan beban kerja
mereka.
3)
Informasi hasil laboratorium dan radiology bermanfaat
bagi dokter dalam mendiskusikan atau menentukan rencana tindakan sebelum pasien
masuk rumah sakit.
4)
Pemeriksaan laboratorium dan radiology akan mengurangi
LOS dan mengurangi beban pasien dalam pembayaran, selain tempat tidur rumah
sakit dapat digunakan untuk mereka yang betul-betul membutuhkannya. Beberapa kasus tidak mungkin melakukan
pre-admission, misalnya:
a. Pasien terlampau lemah.
b. Pasien rumahnya terlampau jauh.
c. Kesulitan ijin pekerjaan
Secara keseluruhan pra penerimaan pasien adalah balok pembangunan yang
memungkinkan pasien dan rumah sakit mencari pilihan keuangan sebelum menjalani
perawatan guna menjamin pembayaran yang tuntas dan tepat waktu (Wolper (2001)
yang dikutip dari Suryanti (2002)).
Menurut Wolper (2001), tahap pre-addmission secara tradisional
merupakan cara bagaimana pasien dapat dipercepat dalam proses penerimaan
pasien. Akibat sukarnya mewawancarai pasien di dalam proses pendaftaran atau
proses layanan, karena stress dan kecemasan pasien, maka informasi yang di
dapat maupun yang disampaikan bisa tidak lengkap atau tidak tepat.
2) Tahap Penerimaan (Admission)
Pada tahap ini dapat dipakai sebagai
kesempatan untuk mendapatkan informasi yang selengkap-lengkapnya mengenai
pasien dalam waktu yang relative singkat. Wawancara dilakukan oleh petugas yang
telah diberikan pelatihan dan menguasai peraturan rumah sakit dalam hal
keuangan, menguasai seluk beluk peraturan asuransi dan pelayanan secara umum
akan sangat berguna bagi pihak rumah sakit maupun pasien. Informasi yang di
dapat harus dicatat pada tempat yang tepat. Apabila pasien tidak melalui tahap
pra penerimaan misalnya pasien gawat darurat, seluruh informasi yang di dapat
seperti tahap pra penerimaan harus dicatat dalam formulir penerimaan. Formulir
penerimaan ini garis besarnya berisi informasi mengenai hal sebagai berikut:
a)
Nama dan alamat pasien
b)
Nama dan alamat penaggung jawab
c)
Surat jaminan
d)
Bila pembayaran dengan kartu kredit
e)
Besar deposit tertulis dengan jelas dalam ketentuan,
juga ketentuan bahwa
Apabila deposit mencapai sekian persen maka akan
dilakukan penagihan. (Djembarsari (1997) yang dikutip dari Hendrayani (2000)).
Menurut Ernast dan Young (1991), kontak pertama pasien di rumah sakit ada pada
bagian admisi, maka bila penanganannya kurang baik akan menimbulkan masalah
yang cukup besar, bukan saja akan menurunkan citra rumah sakit di masyarakat,
tetapi akhirnya akan menurunkan pendapatan rumah sakit.
G. Manajemen Pelayanan Diet / makanan di Rumah Sakit
Diet
dalam istilah umum sesungguhnya memiliki dua makna, pertama sebagai makanan dan
kedua pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar kita
tetap sehat, Bila diet dilakukan di Rumah sakit tujuannya adalah untuk
meningkatkan status nutrisi dan atau membantu kesembuhan pasien. Maka istilah
yang lazim digunakan adalah diet rumah sakit.
Pengaturan
makanan bagi orang sakit rawat inap di Rumah Sakit bukan merupakan tindakan
yang berdiri sendiri dan terpisah dari perawatan dan pengobatan, akan tetapi
ketiganya merupakan satu kesatuan dalam proses penyembuhan penyakit pasien
antara Dokter, Perawat dan Ahli Gizi.
Di
rumah sakit terdapat pedoman diet tersendiri yang akan memberikan rekomendasi
yang lebih spesifik mengenai cara makan yang bertujuan bukan hanya untuk
meningkatkan atau mempertahankan status nutrisi pasien tetapi juga mencegah
permasalahan lain seperti diare akibat inteloransi terhadap jenis makanan
tertentu. Tujuan selanjutnya adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan daya tahan tubuh dalam
menghadapi penyakit / cedera khususnya infeksi. Dan membantu kesembuhan pasien
dari penyakit / cideranya dengan memperbaiki jaringan yang aus atau rusak serta
memulihkan keadaan homeostasis yaitu keadaan seimbang dalam lingkungan internal
tubuh yang normal / sehat.
Dengan
memperhatikan tujuan diet tersebut Rumah Sakit umumnya akan menyediakan (
Hartono, 2000 ) adalah :
1) Makanan
dengan kandungan nutrisi yang baik dan seimbang, menurut keadaan penyakit dan
status gizi masing – masing pasien.
2) Makanan
dengan tekstur dan konsistensi yang sesuai menurut kondisi gastro intestinal
dan penyakit masing – masing pasien.
3) Makanan
yang mudah dicerna dan tidak merangsang, seperti misalnya tidak mengandung
bahan yang bisa mengandung bahan yang bisa menimbulkan gas, tidak mengandung
bahan yang lengket, tidak terlalu pedas, asin, berminyak serta tidak terlalu
panas atau dingin.
4) Makanan
yang bebas unsur aditif berbahaya misalnya pengawet dan pewarna. Makanan alami
jauh lebih baik daripada makanan yang diawetkan atau dikalengkan.
5) Makanan
dengan cita rasa yang menarik untuk menggugah selera makan pasien yang umumnya
terganggu oleh penyakit dan kondisi indera pengecap atau pembau.
a. Waktu Makan
Pada
manusia secara alamiah akan merasa lapar setelah 3 – 4 jam makan, sehingga
setelah waktu tersebut sudah harus mendapatkan makanan, baik dalam bentuk
makanan ringan atau berat.
b.
Penampilan Hidangan
Masalah
penyajian makanan kepada orang sakit lebih komplek dari pada makanan untuk
orang sehat. Hal ini disebabkan oleh nafsu makan, kondisi mental pasien yang
berubah akibat penyakit yang diderita, aktifitas fisik yang menurun dan reaksi
obat – obatan disamping sebagian pasien harus menjalani diet.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk
memberikan pelayanan yang maksimal terhadap pasien maka rumah sakit harus
memiliki Manajemen pelayanan rawat inap, pelayanan medik, pelayanan
keperawatan, pelayanan penunjang medik, pelayanan farmasi, pelayanan
administrasi, dan pelayanan diet / makanan yang sangat baik agar pasien merasa
puas dan nyaman pada rumah sakit tersebut.
Manajemen
pelayanan rawat inap, pelayanan medik, pelayanan keperawatan,
pelayanan penunjang medik, pelayanan farmasi, pelayanan administrasi, dan
pelayanan diet / makanan merupakan satu kesatuan sistem manajemen rumah sakit.
B. Kritik dan Saran
Agar
Mahasiswa dapat mengetahui tentang Manajemen Pelayanan Rawat Inap.