TUGAS FARMAKOLOGI
MENGENAI RUANG LINGKUP ACE INHIBITOR
Disusun
oleh :
Cahya
Setiya
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penghambat
ACE menghambat konversi angiotensin I (Ang I) menjadi Angiotensin II (Ang II).
Tetapi Ang II juga dibentuk oeh enzim-enzim non-ACE. Misalnya kimase yang
banyak terdapat di jantung. Kebanyakan efek biologik Ang II diperantarai oleh
reseptor angiotensin tipe 1 ( AT1). Stimulasi reseptor AT1 menyebabkan vasokontriksi, stimulasi dan
pelepasan endosteron, peningkatan aktifitas simpati dan hipertropi miokard.
Aldosteron menyebabkan reabsorpsi Na dan air di tubulus ginjal, sedangkan
aktivitas simpatis menyebabkan sekresi renin dari sel justaglomerular di
ginjal. Reseptor AT2 memperantarai stimulasi apoptosis dan antiproliferasi.
Penghambat ACE dengan mengurangi
pembentukan Ang II akan menghambat aktivitas Ang II di reseptor AT 1 , maupun
AT 2. Pengurangan hipertropi miokard dan penurunan preload jatung akan
menghambat progresi remodelling jantung. Disamping itu, penurunan aktivasi
neurohormonal endogen ( Ang II, aldosteron, neroninefrin) akan mengurangi efek
langsungnya dalam menstimulasi remodelling jantung. Enzim ACE adalah kinase II,
maka penghambat ace akan menghambat degradasi bradikinin sehingga kadar
bradikinin yang dibentuk lokal di endotel vaskuler akan meningkat. Bradikinin
bekerja lokal pada reseptor BK2 di sel endotel dan menghasilkan
nitric oxide (NO) dan Prostasiklin (PGI2), keduanya merupakan
vasolidator, antiagregasi trombosit dan antiproliferasi. Efek samping batuk
kering yang terjadi pada pemberian penghambat ACE (dengan insiden sampai
>30%) diduga terjadi di jalur KKP(kalikrein-bradikinin-prostagandin) dengan
melibatkan bradikinin, substansi P, prostagandin dam leukotrien. Disamping itu,
efeksamping angioedema (dengan insiden 0,1-1%) juga diduga akibat akumulasi
bradikinin.
Penghambat ACE merupakan
terapi lini pertama untuk fungsi dengan fungsi sistolik ventrikel kiri yang
menurun, yakni dengan fraksi ejeksi di bawah normal (< 40-45%), dengan atau
tanpa gejala. Pada pasien tanpa gejala, bat ini diberikan untuk menunda atau
mencegah terjadinya gagal jantung, dan juga untuk mengurangi resiko infark
miokard dan kematian mendadak. Pada pasien dengan gejala gagal jantung tanpa
retensi cairan. Penghambat ACE harus diberikan sebagai terapi awal, pada pasien
dengan retensi cairan, obat ini harus diberikan berikan bersama diuretik.
Penghambat ACE harus dimulai setelah fase akut infark miokard, meskipun
gejalanya transien untuk mengurangi moralitas dan infark ulang serta
hospitalisasi karena gagal jantung. Pada pasien gagal jatung sedang dan berat
dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri, penghambat ACE mengurangi
moralitas dan gejala-gejala gagal
jantung. Meningkatkan kapasitas fungsional, an mengurangi hospitalisasi.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah mengenai Penghambat ACE / ACE inhibitor
ini terdapat beberapa rumusan masalah :
1.
Apa
yang dimaksud dengan ACE inhibitor?
2.
Afa
fungsi dari ACE inhibitor ?
3.
Apa
Manfaat ACE inhibitor bagi kardiovaskuler ?
4.
Mengapa
ACE inhibitor dianjurkan sebagai obat hypertensi ?
5.
Kelompok
Golongan abat yang terdapat dalam ACE inhibitor !
6.
Jelaskan
farmakodinamik dan farmakokinetik dari golongan obat tersebut ?
7.
Mekanisme
kerja dari obat obat ace inhibitor ?
8.
Indikasi
dan kontra indikasi obat obat penghambat ace ?
9.
Efek
samping dan interaksi dari obat obat penghambat ACE ?
10.
Dosis
dan Frekuensi Pemberian ?
C. Ruang lingkup Masalah
ACE Inhibitor adalah Sekelompok obat-obat yang memperlambat (menghalangi) aktivitas dari enzim
ACE.
ACE memiliki dua fungsi utama di
tubuh, fungsi pertama adalah sebagai katalisator angiotensin I menjadi
angiotensin II. Angiotensin II merupakan senyawa vasokonstriktor kuat.
Sedangkan fungsi ACE yang kedua adalah sebagai pengurai bradikinin, yang
merupakan vasodilator kuat.
Manfaat ACE- I untuk
pengobatan hipertensi, gagal jantung dan proteksi terhadap terjadinya disfungsi
endotel didasarkan pada pengetahuan tentang sistem renin-angiotensin aldosteron
(RAA).
Obat
ACE inhibitor efektif untuk hipertensi yang ringan, sedang maupun berat.
Sebagai
monoterapi, obat ACE inhibitor sama efektivitasnya dengan golongan
antihipertensi lainnya. Obat ACE inhibitor efektif sebagai antihipertensi pada
sekitar 70% penderita.
Penurunan
tekanan darah sekitar 10/5 sampai 15/12 mm HG. Besarnya penurunan tekanan darah
ini sebanding dengan tingginya tekanan darah sebelum pengobatan.
Obat
ACE inhibitor terutama efektif pada hipertensi dengan PRA (aktivitas renin
plasma) yang tinggi, yaitu pada kebanyakan hipertensi maligna dan hipertensi
renovaskuler, dan pada kira-kira 1/5 populasi hipertensi esensial, tetapi obat
ini juga efektif pada hipertensi dengan aktivitas renin plasma (PRA) yang
normal dan yang rendah, karena itu penentuan aktivitas renin plasma (PRA) tidak
berguna untuk individualisasi terapi.
Farmakodinamik ACE Inhibitor :
1. Inhibitor ACE menghambat konversi Ang I menjadi Ang
II.
2. Inhibitor ACE juga menghambat aktivitas Ang II di AT1
maupun AT2.
3. Selanjutnya inhibitor ACE akan menghambat degradasi
bradikinin sehingga kadar bradikinin yg terbentuk lokal di endotel vaskular
akan meningkat.
Farmakokinetik ACE Inhibitor
:
Obat-obatan
penghambat ACE (ACE inhibitor) adalah segolongan obat yang menghambat
kinerja angiotensin-converting enzyme (ACE), yakni enzim yang berperan
dalam sistem renin-angiotensin tubuh yang mengatur volume ekstraseluler
(misalnya plasma darah, limfa, dan cairan jaringan tubuh), dan vasokonstriksi
arteri.
ACE
memiliki dua fungsi utama di tubuh, fungsi pertama adalah sebagai katalisator
angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan senyawa
vasokonstriktor kuat. Sedangkan fungsi ACE yang kedua adalah sebagai pengurai
bradikinin, yang merupakan vasodilator kuat.
Kedua
fungsi ACE tersebut menjadikan penghambatan ACE penting perannya dalam
perawatan penyakit tekanan darah tinggi, gagal jantung, dan diabetes mellitus
tipe 2. Penghambatan ACE akan berakibat menurunnya pembentukan angiotensin II
dan menurunnya metabolisme bradikinin, dengan demikian akan terjadi dilasi
(pelebaran) sistematik pada arteri dan vena, serta penurunan tekanan darah
arteri.
Akan
tetapi penghambatan ACE, yang juga secara langsung akan menghambat pembentukan
angiotensin II dapat menyebabkan pengurangan sekresi aldosteron (yang dimediasi
angiotensin II) dari korteks adrenal. Hal ini akan mengakibatkan penurunan
penyerapan kembali air dan natrium, serta pengurangan volume ekstraseluler.
Mekanisme Aksi ACE Inhibitor
Beberapa bukti
menunjukkan bahwa ACE jaringan berkontribusi signifikan pada respon
seluler remodeling ventrikel, dan inhibisi pada ACE jaringan
penting kaitannya dengan efek anti remodeling ACE inhibitor. Pada tikus,
aktivitas ACE jaringan miokard dan level ACE mRNA post
miokard infark meningkat dua kali lipat. Karena ACE inhibitor memiliki
kemampuan yang beragam dalam menghambat ACE lokal dan jaringan, beberapa agen
mungkin tidak secara adekuat menekan peningkatan lokal dari angiotensin II,
sehingga mengurangi kemampuannya sebagai anti remodeling. Salah satu
studi melaporkan bahwa prevensi dari hipertrofi ventrikel kiri pada tikus
dengan volume overload tergantung dari inhibisi ACE lokal (miokard).
Pada tikus dengan miokard infark, ditemukan bahwa inhibisi poten dari aktivitas
ACE jaringan terkait peningkatan survival dan reduksi massa
ventrikel kiri dan ekspresi gen ANP ventrikel yang lebih besar. Studi
ini menunjukkan bahwa derajat dari inhibisi ACE jaringan penting untuk
prevensi remodeling pada beberapa hewan percobaan.8
ACE inhibitor merupakan obat pertama yang secara konsisten dan
substansial sukses berperan dalam terapi gagal jantung kronik. ACE inhibitor
berperan dalam pengobatan gagal jantung melalui mekanisme pencegahan remodeling
yang dimediasi oleh angiotensin II.8
Menurut studi dari ELITE
– II (Evaluation of Losartan in the Eldery Study II) jalur ACE
merupakan jalur yang lebih dominan dalam pembentukan angiotensin II pada
jantung manusia. Pada penggunaan ACE inhibitor, peningkatan level
bradikinin perlu diperhatikan. Studi pada gagal jantung menunjukkan bahwa gen ACE,
ekspresi protein ACE, dan aktivitas enzim ACE meningkat, namun
ekspresi gen chymase tidak meningkat. Ventrikel pada jantung yang gagal
akan mengambil renin sistemik yang meningkat dalam jumlah yang lebih banyak
daripada ventrikel yang sehat. Jantung yang gagal juga menunjukkan level
protein angiotensinogen yang lebih rendah, sesuai dengan penurunan substrat.
Akhirnya, pada gagal jantung, reseptor angiotensin II tipe 1 (AT 1) secara
selektif mengalami downregulation pada level protein dan mRNA, mungkin
karena paparan terhadap peningkatan angiotensin II. Hal ini mengindikasikan
bahwa local myocardial renin-angiotensin system (RAS) pada gagal jantung
terinduksi, sehingga terjadi aktivasi sistemik. Induksi ini tidak terjadi pada
sistem chymase. Peningkatan level angiotensin II memiliki beberapa efek
pada system kardiovaskular, meliputi hipertrofi cardiac myocyte,
apoptosis myocyte, fasilitasi pelepasan norepinefrin presinaps, dan efek
mitogenik pada fibroblast. Kebanyakan dari efek biologis angiotensin II ini
berkontribusi pada terjadinya hipertrofi dan remodeling.8
ACE inhibitor dipertimbangkan sebagai terapi mandatory pada gagal
jantung dan disfungsi sistolik ventrikel kiri asimptomatik. Menurut studi trial
pada gagal jantung dan post mikard infark, dosis yang dipakai harus dosis
rata-rata untuk menurunkan angka kematian. Satu-satunya efek samping yang
menetap pada penggunaan ACE inhibitor adalah sedikit peningkatan
terjadinya batuk ( 5% lebih tinggi daripada plasebo), pada pasien semacam ini
dapat diganti dengan angiotensin II AT 1 receptor blocker.9
Tabel 6. Target
dosis ACE inhibitor6
Drug
|
Starting Dose
|
Target Maintenance Dose
|
Benazapril
|
2.5mg daily
|
20mg daily
|
Captopril
|
6.25mg twice daily
|
50mg three times daily
|
Cilazapril
|
0.5mg daily
|
0.5mg daily
|
Enalapril
|
2.5mg daily
|
10-20mg twice daily
|
Lisinopril
|
2.5mg daily
|
20-40mg daily
|
Perindopril
|
2mg daily
|
2mg daily
|
Quinapril
|
2.5mg daily
|
20-40mg daily
|
Ramipril
|
1.25mg daily
|
5-10mg daily
|
Trandolapril
|
0.4mg daily
|
4mg daily
|
ACE inhibitor dapat dibagi menjadi
tiga kelompok berdasarkan struktur molekul mereka:
1. Sulfhidril yang mengandung agen :
Ø Captopril (perdagangan Capoten
nama), penghambat ACE yang pertama
Ø Zofenopril
2. Dicarboxylate yang mengandung agen :
Ini
adalah kelompok terbesar, termasuk:
Ø Enalapril (Vasotec / Renitec)
Ø Ramipril (Altace / Tritace / Ramace
/ Ramiwin)
Ø Quinapril (Accupril)
Ø Perindopril (Coversyl / Aceon)
Ø Lisinopril (Lisodur / Lopril /
Novatec / Prinivil / Zestril)
Ø Benazepril (Lotensin)
3. Fosfonat yang mengandung agen
Ø Fosinopril (Monopril) adalah
satu-satunya anggota kelompok ini
D.
TUJUAN PENULISAN
Penulis memiliki beberapa tujuan dalam penulisan
makalah mengenai ACE Inhibitor ini. Diantaranya ?:
1. Dapat mengetahui Definidi ACE inhibitor
2. Mengetahui manfaat dan fungsi ACE inhibitor
3. Mengetahui kelompok golongan ACE inhibitor.
4. Menejelaskan farmakodinamik dan farmakokinetik dari
golongan obat golongan ACE Inhibitor.
5. Mengetahui Mekanisme kerja dari obat obat ACE
inhibitor.
6. Mengetahui Indikasi dan kontra indikasi obat obat penghambat
ACE.
7. Mengetahui Efek samping dan interaksi dari obat obat
penghambat ACE.
8. Mengetahui Dosis dan Frekuensi Pemberian .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ACE Inhibitor
Obat-obatan
penghambat ACE (ACE inhibitor) adalah segolongan obat yang menghambat
kinerja angiotensin-converting enzyme (ACE), yakni enzim yang berperan
dalam sistem renin-angiotensin tubuh yang mengatur volume ekstraseluler
(misalnya plasma darah, limfa, dan cairan jaringan tubuh), dan vasokonstriksi
arteri.
ACE
memiliki dua fungsi utama di tubuh, fungsi pertama adalah sebagai katalisator
angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan senyawa
vasokonstriktor kuat. Sedangkan fungsi ACE yang kedua adalah sebagai pengurai
bradikinin, yang merupakan vasodilator kuat.
Kedua
fungsi ACE tersebut menjadikan penghambatan ACE penting perannya dalam
perawatan penyakit tekanan darah tinggi, gagal jantung, dan diabetes mellitus
tipe 2. Penghambatan ACE akan berakibat menurunnya pembentukan angiotensin II
dan menurunnya metabolisme bradikinin, dengan demikian akan terjadi dilasi
(pelebaran) sistematik pada arteri dan vena, serta penurunan tekanan darah
arteri.
Akan
tetapi penghambatan ACE, yang juga secara langsung akan menghambat pembentukan
angiotensin II dapat menyebabkan pengurangan sekresi aldosteron (yang dimediasi
angiotensin II) dari korteks adrenal. Hal ini akan mengakibatkan penurunan
penyerapan kembali air dan natrium, serta pengurangan volume ekstraseluler.
B. Fungsi ACE
Inhibitor
ACE memiliki dua fungsi utama di
tubuh, fungsi pertama adalah sebagai katalisator angiotensin I menjadi
angiotensin II. Angiotensin II merupakan senyawa vasokonstriktor kuat.
Sedangkan fungsi ACE yang kedua adalah sebagai pengurai bradikinin, yang
merupakan vasodilator kuat.
Kedua fungsi ACE tersebut menjadikan
penghambatan ACE penting perannya dalam perawatan penyakit tekanan darah
tinggi, gagal jantung, dan diabetes mellitus tipe 2. Penghambatan ACE akan
berakibat menurunnya pembentukan angiotensin II dan menurunnya metabolisme
bradikinin, dengan demikian akan terjadi dilasi (pelebaran) sistematik pada
arteri dan vena, serta penurunan tekanan darah arteri.
ACE-inhibitor
yang baik adalah yang memiliki trough to peak ratio 50-66%. Perindopril
memenuhi syarat tersebut karena memiliki trough to peak ratio mendekati
75-100%. Selain itu, perindopril juga memiliki ikatan yang cukup baik dalam
plasma dan jaringan, yakni sebesar 17%. Dalam pengobatan sehari-hari, peredaran
ACE dalam plasma hanya 10% dan efek ACE yang utama adalah dalam jaringan.
Inilah kenyataan yang cukup penting, yakni kadar ACE dalam jaringan yang sangat
tinggi. Tercatat ACE terdapat diberbagai jaringan seperti vaskulatur (endotel),
adrenal, jantung, ginjal, paru, dan organ reproduktif.
C. Manfaat
ACE Inhibitor
1.
Mengurangi
Moralitas dan mordabilitas pada semua pasien gagal jantung sistolik (semua
derajat keparahan, termasuk yang asistomatik).
2.
ACE-inhibitor
sangat berpengaruh positif pada penderita hipertensi. Pada penderita
hipertensi, kelainan utama akan terlihat pada media dinding pembuluh darah.
D.
Kelompok
Obat Penghambat ACE
Terdapat 3 kelompok obat penghambat
ACE, yang dibagi berdasarkan struktur molekulnya, yakni:
1.
Kelompok
yang mengandung sulfidril, contohnya kaptopril dan zofenopril
2.
Kelompok
yang mengandung dikarboksilat, contohnya enalapril, ramipril, quinapril,
perindopril, lisinopril, dan benazepril.
3.
Kelompok
yang mengandung fosfonat, contohnya adalah fosinopril.
Secara umum obat ACE inhibitor dapat dibedakan atas :
1.
Obat ACE inhibitor yang bekerja langsung yaitu ; kaptopril dan lisinopril
2.
Obat ACE inhibitor yang bekerja tidak langsung (merupakan prodrug) yaitu
semua yang lain.
E. Farmakodinamik dan Farmakokinetik
Kelompok Obat Kardiovaskuler
a.
Farmakodinamik
Captopril adalh D-3 mercaptomethyl-propionyl-L-proline.
Captopril mempunyai efek yang menguntungkan pada hipertensi dan gagal jantung,
yaitu penekanan sistem renin-angiotensin-aldosterone.
Captopril mencegah perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II oleh inhibisi ACE (angiotensin Converting Enzym) .
Captopril mencegah perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II oleh inhibisi ACE (angiotensin Converting Enzym) .
b.
Farmakokinetik
Setelah pemberian secara oral captopril secara cepat
diabsorpsi dan adanya makanan dalam saluran gastrointestinal berkurang 30-40%.
Dalam periode 24 jam lebih dari 95% dosis yang diabsorpsi dieliminasi ke dalam
urin dan 40-50%nya dalam bentuk tidak berubah.
-
Zefenopril
a. Farmakodinamik
Kalsium
Zofenopril (CAS 81938-43-4) adalah angiotensin baru converting enzyme (ACE)
inhibitor, yang selain kegiatan khas kelas, terbukti memiliki efek
kardioprotektif spesifik karena juga untuk kehadiran kelompok sulfhidril. Dalam
kalsium zofenopril percobaan dan maleat enalapril (CAS 76095-16-4) diberikan
kepada 20 sukarelawan sehat dari kedua jenis kelamin di resimen dosis diulang
pada dua tingkat dosis: 30 mg dan 60 mg kalsium zofenopril dan 10 mg dan 20 mg
enalapril maleat.
Penelitian
dilakukan sesuai dengan jangka waktu dua, dua-urutan, desain crossover, dengan
washout. ACE aktivitas di serum dan zofenopril, zofenoprilat, enalapril dan
konsentrasi plasma enalaprilat ditentukan selama dan pada hari terakhir dari
dua periode studi. Kedua zofenopril dan enalapril secara luas dikonversi
melalui hidrolisis untuk aktif metabolit zofenoprilat dan enalaprilat,
masing-masing. Zofenopril dipamerkan lengkap dan tingkat hidrolisis lebih cepat
dibandingkan dengan enalapril, yang tercermin oleh tinggi untuk rasio metabolit
orangtua obat Cmax dan AUCss, tau ditunjukkan oleh senyawa ini. Meskipun hanya
dua tingkat dosis diselidiki dalam sidang ini, farmakokinetik kedua obat
tampaknya linear.
Sejalan dengan percobaan sebelumnya, kedua
senyawa pada kedua tingkat dosis diselidiki menghasilkan inhibisi lengkap atau
hampir lengkap dari aktivitas ACE dalam serum, untuk periode yang berlangsung
6-8 jam setelah pemberian, penghambatan yang masih relevan 24 jam setelahnya.
The tolerabilitas dua obat pada kedua tingkat dosis terbukti sangat baik
seperti yang ditunjukkan oleh gejala subyektif dan obyektif, dengan tidak
adanya efek samping yang relevan, dan dengan parameter laboratorium biokimia
dan tanda-tanda vital dievaluasi sebelum dan setelah sidang. Tekanan darah
menunjukkan tren penurunan yang cukup dengan kedua obat, sistolik dan nilai
tekanan darah diastolik yang namun dalam batas normal dalam semua mata
pelajaran. Dalam hal tidak ada gejala hipotensi yang dialami. Dalam kesimpulan,
zofenopril kalsium dan maleat enalapril menunjukkan toleransi yang sangat baik
dan tampaknya mengerahkan kegiatan serupa di ACE serum. Perbedaan utama dalam
farmakokinetik dua senyawa adalah konversi dari pro-obat untuk metabolit aktif
yang lebih cepat dengan zofenopril.
b. Farmakokinetik
Zofenopril
adalah obat yang sekali di absorpsi
mengalami hidrolisis yang cepat dan lengkap dengan zofenoprilat sulfhidril yang
mengandung metabolit aktif. Pada orang sehat, dosis oral tunggal zofenopril
10mg akan cepat dihidrolisis, dengan bioavailabilitas rata-rata 93%. Berarti
memerlukan waktu 3,3 jam, berarti waktu absorpsi 1,4 jam dan waktu untuk puncak
konsentrasi plasma (tmax) selama 0.4 jam.
Setelah
pemberian oral obat zofenoprilat, untuk ginjal adalah 0,19 L / h / kg (3,1 ml /
menit / kg), non-ginjal izin 0.5 L / h / kg (8,3 ml / menit / kg), volume
distribusi pada steady state ( Vdss) 1.3L/kg, eliminasi paruh (t1 / 2) 5,5 jam
dan rata-rata waktu tinggal 1,9 jam. Bioavailabilitas mutlak zofenoprilat
adalah 78% jika dihitung dari area di bawah konsentrasi plasma-time curve (AUC)
nilai darah dan 65% jika dihitung dari nilai ekskresi urin. Zofenopril dan
zofenoprilat secara luas terikat dengan protein plasma, dan eliminasi adalah
baik hati dan ginjal.
Dalam studi lain
dosis tunggal pada pasien, administrasi zofenopril 60mg mengakibatkan
nilai waktu maksimal dari 1,19 dan 1,36
jam untuk zofenopril dan zofenoprilat, Esterases memediasi biotransformasi
zofenopril ke zofenoprilat.
ACE-hambat efek
zofenopril, melalui zofenoprilat, ditemukan in vitro dan in vivo menjadi 3
sampai 10 kali lebih tinggi pada basis molar daripada kaptopril. Mungkin.,
Properti yang paling relevan adalah zofenopril lipofilisitas tinggi (
oktanol-air koefisien distribusizofenopril 3,5, zofenoprilat 0,22), yang memungkinkan
penetrasi jaringan yang luas dan berkepanjangan, dan mengikat jaringan ACE.
-
Ramipril
a. Farmakokinetik
Ramipril
adalah kerja lama angiotensin converting bukan golongan
sudrifil. enzyme (ACE) inhibitor diperkenalkan
untuk penggunaan klinis sekitar satu
dekade lalu. Ramipril adalah
obat yang mengalami de-esterifikasi dalam
hati untuk membentuk ramiprilat,
metabolit aktif. Ramipril
cepat mendistribusikan ke seluruh jaringan, dengan ginjal hati, dan
paru-paru menunjukkan konsentrasi
nyata lebih tinggi dari obat dari darah.
Setelah penyerapan dari saluran pencernaan, hidrolisis cepat
ramipril terjadi di hati. Dalam rentang konsentrasi terapeutik, protein pengikatan
ramipril dan ramiprilat
adalah 73 dan 56%,
masing-masing. Ramiprilat mengikat ACE dengan
afinitas tinggi pada konsentrasi yang sama dengan enzim dan
menetapkan keseimbangan perlahan.
Meskipun ramipril dimetabolisme oleh hati
dan mekanisme ginjal untuk kedua konjugat glucuronate
dan turunan diketopiperazine,
sebagian besar obat diekskresikan dalam urin sebagai ramiprilat dan konjugat
glucuronate dari ramiprilat.
Eliminasi dari tubuh ditandai dengan
fase awal yang relatif cepat dengan waktu paruh dari 7 jam dan fase akhir dengan waktu
paruh sekitar 120 jam. Tidak ada interaksi
farmakokinetik klinis signifikan antara obat ramipril
dan lainnya telah dilaporkan. Obat telah umum
ditoleransi dengan efek samping
yang paling umum menjadi pusing (3,4%), sakit
kepala (3,2%), kelemahan (1.9%) dan mual (1,7%).
Ramipril adalah obat yang efektif dan ditoleransi dengan baik
untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung kongestif pada semua pasien, termasuk mereka dengan ginjal atau
disfungsi hati, dan orang tua.
b. Farmakodinamik
Ramipril adalah jenis obat yang disebut ACE (angiotensin
converting enzyme) inhibitors yang bekerja dengan cara mengendurkan
pembuluh darah. Hal ini membantu mengecilkan tekanan darah.
Indikasi:
Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), gagal jantung, dan untuk meningkatkan kemampuan bertahan setelah serangan jantung.
Dosis:
Indikasi:
Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), gagal jantung, dan untuk meningkatkan kemampuan bertahan setelah serangan jantung.
Dosis:
1.
Pemberian dosis melalui mulut (per
oral) 2.5 mg sehari saru kali.
2.
Dosis lanjutan: 10 mg melalui mulut
(per oral) sehari satu kali.
Efek Samping:
Efek CV (hipotensi, angioedema); Efek CNS (kelelahan, sakit kepala); Efek GI (gangguan perasa); Efek berturut-turut (batuk tidak berdahak; upper resp tract symptoms); Efek Dermatologis (ruam, erythema multiforme, toxic epidermal necrolysis); reaksi hipersensitivitas; Efek ginjal (kerusakan ginjal); Gangguan electrolyte (hiperkalemia, hiponatremia,); gangguan darah.
Instruksi Khusus:
1.
Pasien dengan HF dan mereka yang
kekurangan gula atau air (melakukan diuretic atau dialysis)
mungkin mengalami hipotensi selama tahapan pemberian dosis dalam terapi ACE
inhibitor. (Mulai pengobatan atas pengawasan medis; pada pasien ini gunakan
dosis rendah dan lakukan dengan posisi terlentang)
2.
Hindari pada pasien dengan aortic
stenosis atau outflow tract obstruction dan harus terhindar dari
penyakit actual renovascular.
3.
Gunakan dengan hati-hati pada pasien
dengan riwayat keturunan atau idiophatic angioedema.
4.
Fungsi ginjal harus diukur sebelum
pemberian ACE inhibitor dan harus diawasi selama terapi. (Pasien dengan
penyakit ginjal atau yang menggunakan dosis tinggi harus diawasi secara reguler
untuk mencegah proteinuria)