. Pengertian Kalimat Ambigu |
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Balai Pustaka .1998) Kita berhadapan dengan dua pengertian abmbiguitas yang berkaitan dengan ujaran. Pertama, sifat atau hal yang berarti dua; kemungkinan yang mempunyai dua pengertian. |
Kedua, kemungkinan adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat. Jadi kalimat ambigu adalah Kalimat yang mempunyai tafsiran lebih dari satu atau bermakna ganda |
Hal ± hal yang menyebabkan suatu kalimat menjadi ambigu: |
1) 2) 3) 4) 5) |
Pelepasan kata Keterangan mendahului Kontaminasi kerancuan Letak jeda Asal usul |
Secara fonetik kegandaan makna terjadi karena adanya persamaan bunyi pada sebagian suku katanya. |
y |
Contohnya: |
'beruang' bisa bermakna orang yang mempunyai uang atau nama binatang |
y |
Secara leksikal kegandaan makna terjadi karena adanya dua kata yang memiliki bentuk yang sama. |
Contohnya : |
'genting' bisa bermakna gawat atau nama atap. |
y |
Secara gramatikal kegandaan makna terjadi karena kata itu bergabung dengan kata-kata lain dan umumnya berbentuk kalimat. |
Contohnya : |
1. Istri pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya. 2. Saya telah memiliki buku sejarah demokrasi yang baru. 3. Sumbangan kedua sekolah itu telah kami terima. |
Kalimat-kalimat di atas memiliki makna ambigu (ganda) sehingga dapat membingungkan orang yang membacanya. |
Pada kalimat 1, siapakah yang gemuk, pegawai atau isteri pegawai? Kalimat itu memang mengandung dua makna: |
y y |
pertama, yang gemuk adalah pegawai; atau kedua. yang gemuk adalah isteri pegawai. |
Pada kalimat 2, apanya yang baru, bukunya, sejarahnya, atau demokrasinya? Kalimat itu bisa bermakna ambigu: |
y y y |
pertama, bukunya yang baru; kedua, sejarahnya yang baru; dan ketiga, demokrasinya yang baru. |
Pada kalimat 3, juga terdapat makna ambigu: |
y y |
pertama. ada dua kali sumbangan yang diberikan oleh sekolah itu; atau kedua. ada dua sekolah yang menyumbang. |
Untuk menghindari ambiguitas makna, kalimat 1 dapat dirumuskan sbb.: |
1. Jika yang gemuk adalah isteri pegawai, maka dapat ditulis sbb.: Istri-pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya. Penggunaan tanda hubung (-) dapat memperjelas bahwa kedua kata itu (isteri dan pegawai) merupakan satu kesatuan, sehingga kalimat itu bermakna yang gemuk adalah istri pegawai. Atau dapat pula dirumuskan sbb.: Pegawai yang isterinya gemuk itu berasal dari Surabaya. 2. Jika yang gemuk adalah pegawainya, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Pegawai yang gemuk itu istrinya dari Surabaya. |
Untuk kalimat 2: |
1. Jika yang baru adalah bukunya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku-sejarah-demokrasi yang baru, atau Saya telah memiliki buku baru tentang sejarah demokrasi. 2. Jika yang baru adalah sejarahnya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku tentang sejarah- demokrasi yang baru. 3. Jika yang baru adalah demokrasinya, ditulis sbb.: Saya telah memiliki buku sejarah tentang demokrasi yang baru. |
Untuk kalimat 3: |
1. Jika yang dimaksud ada dua kali sumbangan, ditulis sbb.: Sumbangan yang kedua sekolah itu telah kami terima. 2. Jika yang maksud ada dua sekolah yang menyumbang, ditulis sbb.: Sumbangan kedua- sekolah itu telah kami terima. |