Pandangan Para Imam Mufassir
Sebenarnya apa yang sudah kami paparkan telah mencukupi, namun untuk lebih menguatkan maka berikut kami paparkan pandangan para pakar tafsir. Mereka adalah para imam yang diakui kedalaman ilmunya dalam bidang ini, dan telah mendapatkan pengakuan dari zaman ke zaman.
1. Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari
Dalam tafsir Jami’ul Bayan-nya, yang menjadi kitab induk tafsir Al Quran, ia menegaskan bahwa wajah dan dua telapak tangan wanita bukanlah aurat. Ini sudah kami paparkan sebelumnya.
2. Imam Al Qurthubi
Beliau berkata ketika menafsirkan “Kecuali yang biasa nampak darinya”:
هذا قول حسن، إلا أنه لما كان الغالب من الوجه والكفين ظهورهما عادة وعبادة وذلك في الصلاة والحج، فيصلح أن يكون الاستثناء راجعا إليهما.
“Ini pendapat yang baik, karena menampakkan wajah dan kedua telapak tangan dalam adat dan ibadah adalah hal biasa, juga saat shalat dan haji, maka selayaknya pengecualian itu dikembalikan kepada keduanya.” (Imam Al Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkamil Quran, Juz.12, Hal. 229. Dar Ihya’ At Turats Al ‘Arabi)
3. Imam Abu Bakar Ar Razi Al Jashash
Beliau berkata tentang makna “Kecuali yang biasa nampak darinya”:
وَقَالَ أَصْحَابُنَا : الْمُرَادُ الْوَجْهُ وَالْكَفَّانِ ؛ لِأَنَّ الْكُحْلَ زِينَةُ الْوَجْهِ وَالْخِضَابَ وَالْخَاتَمَ زِينَةُ الْكَفِّ ، فَإِذْ قَدْ أَبَاحَ النَّظَرَ إلَى زِينَةِ الْوَجْهِ وَالْكَفِّ فَقَدْ اقْتَضَى ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ إبَاحَةَ النَّظَرِ إلَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ .
وَيَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ مِنْ الْمَرْأَةِ لَيْسَا بِعَوْرَةٍ أَيْضًا أَنَّهَا تُصَلِّي مَكْشُوفَةَ الْوَجْهِ وَالْيَدَيْنِ ، فَلَوْ كَانَا عَوْرَةً لَكَانَ عَلَيْهَا سَتْرُهُمَا كَمَا عَلَيْهَا سَتْرُ مَا هُوَ عَوْرَةٌ ؛ وَإِذَا كَانَ كَذَلِكَ جَازَ لِلْأَجْنَبِيِّ أَنْ يَنْظُرَ مِنْ الْمَرْأَةِ إلَى وَجْهِهَا وَيَدَيْهَا بِغَيْرِ شَهْوَةٍ
“Para sahabat kami mengatakan, bahwa yang dimaksud adalah wajah dan dua telapak tangan. Sesungguhnya selak adalah perhiasan mata, sedangkan gelang dan cincin adalah perhiasan tangan. Maka jika dibolehkan melihat perhiasan tersebut, maka membawa konsekuensi kebolehan melihat tempatnya perhiasan tersebut yakni wajah dan dua telapak tangan.
Yang juga menunjukkan bahwa wajah dan dua telapak tangan bukanlah aurat adalah wanita shalat dengan membuka wajah dan dua telapak tangannya, maka jika keduanya aurat maka wajib baginya untuk menutupnya sebagaiama menutup bagian yang termasuk aurat. Maka, jika demikian, dibolehkan bagi laki-laki asing memandang wajah wanita dan dua telapak tangannya dengan tanpa syahwat.” (Imam Abu Bakar Al Jashsash, Ahkamul Quran, Juz. 7, Hal. 494. Al Maktabah Asy Syamilah)
4. Imam Abu Bakar Ibnu Al ‘Arabi
Beliau berkata dalam kitabnya yang berjudul sama dengan Imam Al Jashash, yakni Ahkamul Quran:
وَالصَّحِيحُ أَنَّهَا مِنْ كُلِّ وَجْهٍ هِيَ الَّتِي فِي الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ ، فَإِنَّهَا الَّتِي تَظْهَرُ فِي الصَّلَاةِ .
وَفِي الْإِحْرَامِ عِبَادَةً ، وَهِيَ الَّتِي تَظْهَرُ عَادَةً .
“Yang benar bahwa semua perhiasan wajah dan tangan adalah yang berada pada wajah dan dua telapak tangan, dan sesungguhnya keduanya ditampakkan dalam shalat dan ibadah ihram, dan juga ditampakkan pada adat (kebiasaan).” (Imam Abu Bakar bin Al ‘Arabi, Ahkamul Quran, Juz. 6, Hal. 64. Al Maktabah Asy Syamilah)
5. Imam Al Baghawi
Beliau berkata:
وإنما رُخص في هذا القدر أن تبديه المرأة من بدنها لأنه ليس بعورة وتؤمر بكشفه في الصلاة
“Sesungguhnya wanita diberikan keringan untuk menampakkan kadar tertentu dari badannya, karena itu bukan aurat, dan diperintahkan dibuka di dalam shalat.” ( Imam Al Baghawi, Ma’alim At Tanzil, Juz. 6, Hal. 34. Al Maktabah Asy Syamilah)
Beliau juga berkata ketika menafsirkan, “janganlah menampakkan perhiasan mereka":
يعني:الزينة الخفية التي لم يبح لهن كشفها في الصلاة ولا للأجانب، وهو ما عدا الوجه والكفين
"Yakni perhiasan yang tersembunyi yang tidak boleh dibuka dalam shalat dan di depan laki-laki asing, dan itu adalah selain wajah dan dua telapak tangan.” (Ibid)
6. Imam Fakhruddin Ar Razi
Beliau mengutip dari Al Qaffal, ketika menafsirkan “Kecuali yang biasa nampak darinya” sebagai berikut:
فقال القفال معنى الآية إلا ما يظهره الإنسان في العادة الجارية ، وذلك في النساء الوجه والكفان
“Al Qaffal berkata, makna ayat adalah kecuali yang biasa ditampakkan oleh manusia dalam kebiasaan hariannya, dan hal itu bagi wanita adalah wajah dan dua telapak tangan.” (Imam Fakhruddin Ar Razi, Mafatih Al Ghaib, Juz. 11, Hal. 305. Al Maktabah Asy Syamilah)
7. Imam Al Khazin
Beliau berkata ketika menafsirkan, “kecuali yang biasa nampak darinya”:
وإنما رخص في هذا القدر للمرأة أن تبديه من بدنها لأنه ليس بعورة وتؤمر بكشفه في الصلاة
“Sesungguhnya wnaita diberikan keringan dalam kadar tertentu untuk menampakkan bagian tubuhnya karena itu bukan aurat, dan diperintahkan membuka wajah dalam shalat.” (Imam Al Khazin, Lubab At Ta’wil fi Ma’ani At Tanzil, Juz. 4, Hal. 499. Al Maktabah Asy Syamilah )
Beliau juga berkata ketika menafsirkan, “Jangan mereka menampakkan perhiasan mereka...”:
يعني الخفية التي لم يبح لهن كشفها في الصلاة ولا للأجانب وهي ما عدا الوجه والكفين
“Yakni perhiasan tersembunyi yang tidak dibolehkan ditampakkannya dalam shalat dan di depan laki-laki asing, dan itu adalah selain wajah dan kedua telapak tangan.” (Ibid)
8. Syahidul Islam, Al Ustadz Sayyid Quthb
Beliau berkata:
فأما ما ظهر من الزينة في الوجه واليدين ، فيجوز كشفه . لأن كشف الوجه واليدين مباح لقوله صلى الله عليه وسلم لأسماء بنت أبي بكر : « يا أسماء إن المرأة إذا بلغت المحيض ، لم يصلح أن يرى منها إلا هذا وأشار إلى وجهه وكفيه » .
“Ada pun apa-apa yang tampak dari perhiasan pada wajah dan tangan, maka dibolehkan untuk membukanya. Karena membuka wajah dan dua telapak tangan adalah boleh, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda kepada Asma binti Abi Bakar: “Wahai Asma’, sesungguhnya wanitu itu jika dia sudah mengalami haidh maka tidak boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini, dia mengisyaratkan wajah dan telapak tangan.” (Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Quran, Juz. 5, Hal. 277. Al Maktabah Asy Syamilah). Dan lain-lain.
Sebenarnya apa yang sudah kami paparkan telah mencukupi, namun untuk lebih menguatkan maka berikut kami paparkan pandangan para pakar tafsir. Mereka adalah para imam yang diakui kedalaman ilmunya dalam bidang ini, dan telah mendapatkan pengakuan dari zaman ke zaman.
1. Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari
Dalam tafsir Jami’ul Bayan-nya, yang menjadi kitab induk tafsir Al Quran, ia menegaskan bahwa wajah dan dua telapak tangan wanita bukanlah aurat. Ini sudah kami paparkan sebelumnya.
2. Imam Al Qurthubi
Beliau berkata ketika menafsirkan “Kecuali yang biasa nampak darinya”:
هذا قول حسن، إلا أنه لما كان الغالب من الوجه والكفين ظهورهما عادة وعبادة وذلك في الصلاة والحج، فيصلح أن يكون الاستثناء راجعا إليهما.
“Ini pendapat yang baik, karena menampakkan wajah dan kedua telapak tangan dalam adat dan ibadah adalah hal biasa, juga saat shalat dan haji, maka selayaknya pengecualian itu dikembalikan kepada keduanya.” (Imam Al Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkamil Quran, Juz.12, Hal. 229. Dar Ihya’ At Turats Al ‘Arabi)
3. Imam Abu Bakar Ar Razi Al Jashash
Beliau berkata tentang makna “Kecuali yang biasa nampak darinya”:
وَقَالَ أَصْحَابُنَا : الْمُرَادُ الْوَجْهُ وَالْكَفَّانِ ؛ لِأَنَّ الْكُحْلَ زِينَةُ الْوَجْهِ وَالْخِضَابَ وَالْخَاتَمَ زِينَةُ الْكَفِّ ، فَإِذْ قَدْ أَبَاحَ النَّظَرَ إلَى زِينَةِ الْوَجْهِ وَالْكَفِّ فَقَدْ اقْتَضَى ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ إبَاحَةَ النَّظَرِ إلَى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ .
وَيَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ مِنْ الْمَرْأَةِ لَيْسَا بِعَوْرَةٍ أَيْضًا أَنَّهَا تُصَلِّي مَكْشُوفَةَ الْوَجْهِ وَالْيَدَيْنِ ، فَلَوْ كَانَا عَوْرَةً لَكَانَ عَلَيْهَا سَتْرُهُمَا كَمَا عَلَيْهَا سَتْرُ مَا هُوَ عَوْرَةٌ ؛ وَإِذَا كَانَ كَذَلِكَ جَازَ لِلْأَجْنَبِيِّ أَنْ يَنْظُرَ مِنْ الْمَرْأَةِ إلَى وَجْهِهَا وَيَدَيْهَا بِغَيْرِ شَهْوَةٍ
“Para sahabat kami mengatakan, bahwa yang dimaksud adalah wajah dan dua telapak tangan. Sesungguhnya selak adalah perhiasan mata, sedangkan gelang dan cincin adalah perhiasan tangan. Maka jika dibolehkan melihat perhiasan tersebut, maka membawa konsekuensi kebolehan melihat tempatnya perhiasan tersebut yakni wajah dan dua telapak tangan.
Yang juga menunjukkan bahwa wajah dan dua telapak tangan bukanlah aurat adalah wanita shalat dengan membuka wajah dan dua telapak tangannya, maka jika keduanya aurat maka wajib baginya untuk menutupnya sebagaiama menutup bagian yang termasuk aurat. Maka, jika demikian, dibolehkan bagi laki-laki asing memandang wajah wanita dan dua telapak tangannya dengan tanpa syahwat.” (Imam Abu Bakar Al Jashsash, Ahkamul Quran, Juz. 7, Hal. 494. Al Maktabah Asy Syamilah)
4. Imam Abu Bakar Ibnu Al ‘Arabi
Beliau berkata dalam kitabnya yang berjudul sama dengan Imam Al Jashash, yakni Ahkamul Quran:
وَالصَّحِيحُ أَنَّهَا مِنْ كُلِّ وَجْهٍ هِيَ الَّتِي فِي الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ ، فَإِنَّهَا الَّتِي تَظْهَرُ فِي الصَّلَاةِ .
وَفِي الْإِحْرَامِ عِبَادَةً ، وَهِيَ الَّتِي تَظْهَرُ عَادَةً .
“Yang benar bahwa semua perhiasan wajah dan tangan adalah yang berada pada wajah dan dua telapak tangan, dan sesungguhnya keduanya ditampakkan dalam shalat dan ibadah ihram, dan juga ditampakkan pada adat (kebiasaan).” (Imam Abu Bakar bin Al ‘Arabi, Ahkamul Quran, Juz. 6, Hal. 64. Al Maktabah Asy Syamilah)
5. Imam Al Baghawi
Beliau berkata:
وإنما رُخص في هذا القدر أن تبديه المرأة من بدنها لأنه ليس بعورة وتؤمر بكشفه في الصلاة
“Sesungguhnya wanita diberikan keringan untuk menampakkan kadar tertentu dari badannya, karena itu bukan aurat, dan diperintahkan dibuka di dalam shalat.” ( Imam Al Baghawi, Ma’alim At Tanzil, Juz. 6, Hal. 34. Al Maktabah Asy Syamilah)
Beliau juga berkata ketika menafsirkan, “janganlah menampakkan perhiasan mereka":
يعني:الزينة الخفية التي لم يبح لهن كشفها في الصلاة ولا للأجانب، وهو ما عدا الوجه والكفين
"Yakni perhiasan yang tersembunyi yang tidak boleh dibuka dalam shalat dan di depan laki-laki asing, dan itu adalah selain wajah dan dua telapak tangan.” (Ibid)
6. Imam Fakhruddin Ar Razi
Beliau mengutip dari Al Qaffal, ketika menafsirkan “Kecuali yang biasa nampak darinya” sebagai berikut:
فقال القفال معنى الآية إلا ما يظهره الإنسان في العادة الجارية ، وذلك في النساء الوجه والكفان
“Al Qaffal berkata, makna ayat adalah kecuali yang biasa ditampakkan oleh manusia dalam kebiasaan hariannya, dan hal itu bagi wanita adalah wajah dan dua telapak tangan.” (Imam Fakhruddin Ar Razi, Mafatih Al Ghaib, Juz. 11, Hal. 305. Al Maktabah Asy Syamilah)
7. Imam Al Khazin
Beliau berkata ketika menafsirkan, “kecuali yang biasa nampak darinya”:
وإنما رخص في هذا القدر للمرأة أن تبديه من بدنها لأنه ليس بعورة وتؤمر بكشفه في الصلاة
“Sesungguhnya wnaita diberikan keringan dalam kadar tertentu untuk menampakkan bagian tubuhnya karena itu bukan aurat, dan diperintahkan membuka wajah dalam shalat.” (Imam Al Khazin, Lubab At Ta’wil fi Ma’ani At Tanzil, Juz. 4, Hal. 499. Al Maktabah Asy Syamilah )
Beliau juga berkata ketika menafsirkan, “Jangan mereka menampakkan perhiasan mereka...”:
يعني الخفية التي لم يبح لهن كشفها في الصلاة ولا للأجانب وهي ما عدا الوجه والكفين
“Yakni perhiasan tersembunyi yang tidak dibolehkan ditampakkannya dalam shalat dan di depan laki-laki asing, dan itu adalah selain wajah dan kedua telapak tangan.” (Ibid)
8. Syahidul Islam, Al Ustadz Sayyid Quthb
Beliau berkata:
فأما ما ظهر من الزينة في الوجه واليدين ، فيجوز كشفه . لأن كشف الوجه واليدين مباح لقوله صلى الله عليه وسلم لأسماء بنت أبي بكر : « يا أسماء إن المرأة إذا بلغت المحيض ، لم يصلح أن يرى منها إلا هذا وأشار إلى وجهه وكفيه » .
“Ada pun apa-apa yang tampak dari perhiasan pada wajah dan tangan, maka dibolehkan untuk membukanya. Karena membuka wajah dan dua telapak tangan adalah boleh, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda kepada Asma binti Abi Bakar: “Wahai Asma’, sesungguhnya wanitu itu jika dia sudah mengalami haidh maka tidak boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini, dia mengisyaratkan wajah dan telapak tangan.” (Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Quran, Juz. 5, Hal. 277. Al Maktabah Asy Syamilah). Dan lain-lain.